Saturday, March 16, 2013

Oksibil, Negeri di Atas Awan



Oksibil, begitulah wilayah ini dikenal. Negeri di atas awan, mungkin merupakan sebuah sebutan yang layak untuk wilayah ini. Distrik ini terletak pada ketinggian 3000-4000 mdpl dengan topografi bergunung-gunung. Secara administratif terletak di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Sebuah kabupaten yang baru berumur 10 tahun setelah dimekarkan dari Kabupaten Jayawijaya. Luas Distrik Oksibil mencapai 4.278 km2. Di sebelah utara, Oksibil berbatasan dengan distrik Pepera dan Ok Aom, di sebelah timur dengan distrik Tarup, di sebelah selatan dengan Distrik Kalomdol, dan di sebelah barat dengan Distrik Serambakon. Daerah Oksibil terdiri dari sederet pegunungan, yaitu Pegunungan Bintang dengan Puncak Mandala di sebelah barat laut. Iklim daerah Oksibil termasuk tropis basah. Sangatlah sulit untuk mengetahui secara pasti datangnya musim kemarau atau musim penghujan.



Dengan kondisi geografisnya yang bergunung-gunung,satu-satunya moda transportasi yang dapat digunakan untuk mencapai Oksibil adalah pesawat udara. Saat ini terdapat beberapa perusahaan penerbangan yang melayani rute Jayapura-Oksibil. Namun hanya satu perusahaan yang dapat melayani secara reguler dengan jadwal 3 kali penerbangan per hari. Jadwal peberbangan tersebut pun sangat bergantung pada cuaca sepanjang rute penerbangan. Untuk mengoperasikan sebuah perjalanan udara baik dari Jayapura ke Oksibil ataupun ke distrik-distrik lain di Pegunungan Bintang, koordinasi pemantauan cuaca harus dilakukan terus menerus oleh masing-masing operator penerbangan di setiap lokasi. Sehingga besar kemungkinan jadwal penerbangan harus dibatalkan secara tiba-tiba karena alasan cuaca.


Ongkos penerbangan untuk rute Pegunungan Bintang bisa terbilang mahal. Untuk penerbangan reguler dari Jayapura ke Oksibil, harga tiket untuk setiap penumpang berkisar antara Rp. 1. 250.000,- sampai Rp. 2.000.000,- per orang, sedangkan ongkos pengiriman barang dari Jayapura ke Oksibil berkisar antara Rp. 18.500,- sampai Rp. 40.000,- per kilogram tergantung dari jenis barang yang dikirim. Untuk penerbangan rute lain di wilayah Pegunungan Bintang, misalnya dari Jayapura ke Kiwirok atau dari Oksibil ke Batom harga reguler tersebut tidak dapat diberlakukan. Harga yang diberlakukan untuk rute ini adalah harga carter pesawat, yaitu berkisar antara Rp. 24.000.000,- sampai Rp. 36.000.000,-.
Hal ini tentu saja berimplikasi terhadap banyak hal, salah satunya adalah pada harga barang kebutuhan sehari-hari. Harga barang-barang di wilayah Oksibil bisadikatakan luar biasa mahal. Sebagai contoh, harga sebotol air mineral botol dengan ukuran 1,5 liter yang biasanya bisa didapatkan dengan harga Rp. 3.500,- meningkat harganya menjadi Rp. 45.000,-; harga bensin mencapai Rp. 40.000,- per liter, singkatnya, harga barang-barang ketika sampai di distrik ini mengalami peningkatan hingga 10 kali lipat dari harga normalnya. Berikut sedikit gambaran mengenai harga barang di wilayah Oksibil:

Harga barang di distrik Oksibil

No.
Jenis barang
Harga
1.
Air mineral 1,5 liter
Rp. 45.000,-
2.
Bensin per liter
Rp. 35.000,- sampai Rp. 60.000,- (tergantung kelancaran pasokan)
3.
Mie instan per bungkus
Rp. 5.000,-
4.
Satu kali makan di warung
Rp. 35.000 – Rp. 70.000,- (tergantung jenis lauk)
5.
Beras per 25 kg
Rp. 1.000.000,-
6.
Gula pasir per 25 kg
Rp. 1.125.000,-
7.
Telur per 3 biji
Rp. 10.000,-
8.
Tempe per bungkus
Rp. 20.000,-
9.
Tahu per biji
Rp. 5.000,-
10.
Ayam potong per ekor
Rp. 50.000,-
11.
Daging babi per kilo
Rp. 100.000,-
12.
Apel per biji
Rp. 25.000,-
13.
Susu instan kotak 250 ml
Rp. 20.000,-
14.
Rokok per bungkus
Rp. 10.000,- sampai Rp. 15.000,- (tergantung jenis rokok, harga sama dengan harga normal di luar Oksibil)

            Tingginya harga barang-barang tersebut disebabkan karena ongkos pengirimannya dengan pesawat udara yang juga mahal. Apabila diperhatikan dari daftar harga di atas, barang-barang yang mengalami peningkatan harga cukup tajam adalah barang-barang yang notabene mempunyai berat massa yang besar. Sedangkan barang-barang yang ringan dan mudah dibawa—seperti rokok—cenderung tidak mengalami peningkatan harga yang tajam. 
            Listrik di Oksibil hanya bisa menjangkau sekitar Ibu Kota Distrik ini, yaitu daerah Mabilabol, Kabiding, Balusu, dan daerah-daerah perkantoran pemerintah. Sebenarnya tiang-tiang listrik dan kabel telah terpancang jauh sampai ke daerah Yapimakot, akan tetapi karena sumber tenaga yang masih sangat terbatas aliran listrik belum bisa menjangkau daerah itu. Sarana listrik di Oksibil diadakan dan dikelola langsung oleh Pemda Kab. Pegunungan Bintang. Listrik dihasilkan dari pembangkit bertenaga diesel (generator) dengan sumber tenaga utama BBM (solar) yang dikirimkan dari Jayapura dengan menggunakan pesawat. Sehingga ada atau tidaknya sarana listrik di wilayah ini sangat bergantung pada lancar atau tidaknya pasokan BBM dari Jayapura. Karena terbatasnya sumber tenaga, sarana listrik di Oksibil hanya bisa dinikmati  selama kurang lebih 7-8 jam per hari, yaitu mulai pukul 17.00 sampai dengan pukul 01.00. Lepas dari luar jam-jam itu warga yang ingin menikmati listrik memanfaatkan solar cell yang biasanya dipasang di atap-atap rumah atau menggunakan genset-genset milik pribadi. 



Paringan, Sebuah Potret Kasus Gangguan Jiwa di Indonesia


Paringan adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Beberapa waktu yang lalu Desa ini sempat menjadi topik panas yang menghiasi beberapa media massa di Indonesia. Kampung Gila, begitulah julukan yang pada saat itu dipopulerkan untuk menyebut Desa ini. Julukan tersebut dimunculkan untuk mengklaim ditemukannya 60 orang penderita gangguan jiwa di Desa Paringan. Sebuah angka yang cukup besar untuk menyatakan prevalensi penderita gangguan jiwa pada sebuah Desa. Julukan tersebut tentu saja menjadi sebuah kontroversi yang bertingkat selama beberapa waktu. Pihak Pemerintah Pusat dan Daerah seakan tertampar oleh munculnya julukan Kampung Gila. Masyarakat Paringan pun merasa tersinggung dengan adanya julukan tersebut. Namun di sisi lain, seiring dengan munculnya pemberitaan tersebut, perhatian dari pemerintah, mulai dari pusat sampai daerah berikut bantuan-bantuan dari beberapa perusahaan besar di sekitar Jawa Timur mulai berdatangan silih berganti ke Desa ini. Penanganan kasus gangguan jiwa di desa ini pun mulai mengalami sebuah perubahan.